Tangerang – Pembangunan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang pesat rupanya turut memberikan dampak untuk Kota Tangerang, Banten. Tangerang yang sebelumnya terkenal sebagai kota seribu industri dan sejuta jasa, saat ini mulai mengusung image baru sebagai kota bandara atau Aerotropolis.
Konsep pengembangan Tangerang sebagai kota penerbangan atau aerocity ini sebenarnya sudah diperkenalkan sejak tahun 2000-an. Tetapi konsepnya baru dikenal tahun 2008 dan konsep tersebut baru disertakan dalam rencana pembangunan daerah tahun 2013/2014.
Konsep aerotropolis dimasukkan untuk mengimbangi arah perkembangan Bandara Soetta yang terletak di Kecamatan Benda, Batu Ceper, dan Neglasari. Berdasarkan masterplan pembangunan Bandara Soetta, terdapat sejumlah mega proyek yang tengah digarap dan akan segera rampung tahun ini, antara lain pembangunan Terminal 3 Bandara Soetta yang menghabiskan dana sekitar Rp 4,7 triliun dan mempunyai daya tampung sekitar 25 juta penumpang.
Kemudian Terminal 3 Bandara Soetta juga akan digunakan untuk penerbangan internasional yang dimulai oleh maskapai Garuda Indonesia. “Mulai 1 Mei penerbangan Garuda internasional sudah bisa pindah ke Terminal 3,” tutur Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.
Di samping itu, PT Angkasa Pura (AP) 2 juga akan meresmikan Stasiun Kereta Api Bandara Soetta yang rutenya melalui Stasiun Manggarai, Sudirman Baru, Batu Ceper, Stasiun Kota, Sudirman Baru, dan Batu Ceper. Stasiun bandara dapat menampung hingga 2.000 penumpang dan bangunannya dapat menampung sekitar 1.500 penumpang. Panjang lintasan stasiun dari Manggarai adalah 36 km dan dapat ditempuh sekitar 50 menit.
“Nanti beroperasinya bertahap. Di Agustus nanti ada empat kereta, selanjutnya akan ada 10 kereta. Satu train set ada 6 gerbong dengan kapasitas 272 penumpang. Ekspektasinya per hari 3.500 penumpang,” jelas PR Manager PT AP 2 Bandara Soetta, Yado Yarismano. Kemudian AP II juga akan meresmikan kereta cepat Sky Train yang merupakan kereta tanpa awak untuk menghubungkan para penumpang dari Stasiun KA Bandara ke Terminal 1, 2, dan 3 selama 24 jam dengan jarak tempuh ke tiap terminal sekitar 6-7 menit.
Sedangkan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tangerang, Said Endrawiyanto menuturkan jika konsep aerotropolis sudah dikaji oleh Pemkot Tangerang sejak pengembangan Terminal 3 Bandara Soetta. Lewat konsep Aerotropolis tersebut pihak pemkot juga akan memperbaiki atau mengubah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ke DPRD Kota Tangerang.
Lewat usulan perubahan tersebut terdapat pembaruan aturan untuk wilayah yang terkena dampak langsung bandara. Jika sebelumnya masuk zona merah, maka wilayah tersebut akan termasuk dalam wilayah zona hijau.
Sebelumnya, warga yang terdampak langsung seperti di Kecamatan Benda, Batu Ceper, dan Neglasari, selalu mengeluh karena tidak memiliki hak privasi lantaran dilarang oleh pihak otoritas bandara. “Mereka punya lahan, tetapi tidak bisa membangun dan dijual. Tidak juga bisa digunakan untuk kehidupan keluarganya. Mereka tidak pernah diberikan izin. Tetapi dengan kita mengusung konsep Aerotropolis, larangan itu dicabut. Jadi, hak-hak perdata masyarakat kami angkat lagi,” paparnya.