Jakarta – Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, hingga kini pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia masih belum merata. Berbagai rute penerbangan domestik masih menumpuk di Jakarta. Hal itulah yang mengakibatkan penerbangan internasional tak memiliki slot lebih untuk melakukan penerbangan langsung (direct flight) ke Jakarta.
Berdasarkan catatan Menteri Budi, sekarang ini Bandara Internasional Soekarno Hatta hanya melayani penerbangan internasional kurang dari 50 rute penerbangan langsung. “Jakarta (Bandara Soekarno-Hatta) hanya bisa menghubungkan dengan 35 titik (kota di dunia),” ujar Budi Karya.
Hal ini menurutnya membuat Indonesia mengalami banyak kerugian, sebab potensi pemasukan dari industri penerbangan internasional justru direbut oleh negara lain. Karena belum ada penerbangan langsung dari negara-negara di kawasan Eropa, Amerika, dan rute internasional yang lain, maka penerbangan ke Indonesia harus transit dulu di Dubai, Malaysia, dan Singapura.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2015 hanya 13,7 juta orang, naik tipis dari tahun 2014 yakni 13 juta orang. Padahal Budi beranggapan jika ada penerbangan langsung, target kunjungan 20 juta wisman tahun 2020 yang ditargetkan Presiden Jokowi bisa tercapai dengan mudah.
“Kita upayakan dari Soekarno-Hatta itu bisa ke India, Srilanka atau kota-kota di Eropa itu mesti ditambah. Supaya, kemampuan orang jadi turis, bisnis, misalnya orang dari Polandia ingin ke sini (ke Indonesia), sehingga orang-orang Eropa timur itu punya jangkauan ke tempat kita,” katanya.
Untuk mengatasi kondisi ini, Menteri Budi ingin jumlah penerbangan domestik ke Bandara Soetta dikurangi. “Bandara yang besar seperti Jambi, Medan, atau di timur, Balikpapan harus jadi sub hub masing-masing. Sehingga nggak semua ke sini (ke Jakarta),” ujar Budi.
“Nah dengan demikian bisa membuat Jakarta lebih longgar dan bisa digunakan untuk internasional,” pungkas Budi Karya Sumadi.