Jakarta – PT Angkasa Pura II (persero) membukukan angka pergerakan angkutan kargo yang berhasil mencapai lebih dari 42.470 ton selama periode Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru). Adanya pertumbuhan sekitar 16 persen pada sektor angkutan kargo dinilai sebagai hal yang menggembirakan bagi AP II. Tumbuhnya sektor kargo sekaligus menunjukkan pulihnya angkutan dan pergerakan kargo.
“Kami sampaikan, cukup menggembirakan adalah pulihnya angkutan kargo, karena indikasi dari pergerakan kargo di periode Nataru itu menembus angka 42 ribu ton jadi persisnya 42.470 ton,” jelas Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin, seperti dilansir IDXChannel. “Kami menilai pergerakan masyarakat di satu sisi dengan aktivitas sosial dan keagamaan ditunjang dengan aktivitas logistik angkutan udara,” imbuh Awaluddin.
Untuk membantu menyukseskan program posko monitoring penyelenggaraan transportasi pada masa libur Nataru, Angkasa Pura II pun telah mengerahkan sebanyak 5.000 personel gabungan di 20 titik bandara untuk membuat posko Nataru. Di sisi lain, pergerakan pesawat mengalami penurunan hingga 13 persen apabila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Kami sampaikan terjadi penurunan 13 persen dengan rincian kami mencatat pergerakan pesawat di masa libur Nataru kali ini 21.853 dibanding periode sama di angka 25.000,” tuturnya.
Selama periode Nataru, jumlah penumpang pesawat terpantau tumbuh 15 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selama Nataru 2021/2022, jumlah penumpang pesawat mencapai 2.340.000 jika dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 2.028.000. “Puncak kepadatan terjadi pada H-6 dan H-2 saat arus balik menjelang 4 Januari 2022,” kata Awaluddin.
Dari jumlah tersebut, khusus pergerakan penumpang rute internasional di Bandara Soekarno-Hatta mencapai 97.104 orang. Rinciannya, penumpang yang datang sebanyak 48.000 orang dan keberangkatan penumpang mencapai 49.000. “Kami pun melihat adanya keseimbangan penumpang departure dan arrival. Untuk movement pesawat internasional terealisasi 1.484 pesawat,” jelasnya.
“Ini bisa kami perkirakan penurunan dari pergerakan pesawat adalah akibat berkurangnya jumlah pesawat operasi dari maskapai dan penggantian jenis pesawat yang lebih banyak mengoptimalkan penggunaan wide body,” tambah Awaluddin.
Di samping itu, ini juga berhubungan dengan kebijakan ditiadakannya extra flight atau penerbangan tambahan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Akan tetapi, penurunan pergerakan pesawat tersebut berarti pihak operator bisa mengoptimalisasi utilisasi pesawat mendekati rata-rata di atas 92 persen.