TANGERANG – Untuk memudahkan lalu lintas orang dan optimalisasi penggunaan skytrain atau kereta layang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, PT Angkasa Pura II membangun tiga sky bridge. Di samping itu, mulai bulan Mei besok, pengoperasian kereta layang tersebut akan dilakukan melalui operation control center (OCC) dan tanpa awak.

Untuk optimalisasi penggunaan skytrain di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, PT Angkasa Pura II membangun tiga sky bridge dan pengoperasiannya akan dilakukan melalui operation control center (OCC) dan tanpa awak. – kompas.com
“Tiga sky bride itu masing-masing akan dibangun di Terminal 1, Terminal 2, dan integrated building, dan semuanya on progress,” ujar Vice President of Corporate PT Angkasa Pura II, Yado Yarismano, seperti dilansir dari Tempo. “Jembatan layang ini akan menghubungkan terminal dan stasiun bandara dengan shelter skytrain.”
Misalnya, ia menjelaskan, sky bridge di stasiun bandara akan terhubung dengan shelter skytrain di integrated building. Hal ini akan memudahkan lalu lintas orang dari stasiun bandara yang akan ke terminal. “Dengan adanya sky bridge, diharapkan pengguna kereta layang yang akan berpindah antar-terminal memiliki jalur khusus yang cepat dan efektif,” sambung Yado.
Sementara itu, Senior Manager of Branch Communication & Legal Bandara Soekarno-Hatta, Erwin Revianto, menambahkan selain membangun sky bridge, pihaknya juga sudah menyelesaikan pembangunan shelter skytrain di Terminal 1, Terminal 2, dan integrated building, serta lintasan yang sudah dioperasikan 100 persen. Menurutnya, saat ini, pengguna skytrain terdiri dari 80 persen penumpang pesawat dan sisanya karyawan dan pengunjung bandara.
Sejak dioperasikan pada September 2017 kemarin, dua tainset atau empat gerbong skytrain masih dikendalikan oleh masinis. Nah, mulai Mei 2018 mendatang, dengan OCC, skytrain akan driveless (tanpa awak) meski tetap disiapkan masinis. “Sebelum dioperasikan, Mei ini akan diuji coba terlebih dahulu,” timpal Yado.
“Gerbong skytrain juga akan terus ditambah hingga 12 gerbong sampai bulan Juli mendatang, salah satunya guna menghadapi arus mudik Lebaran,” lanjut Yado. “Penambahan gerbong akan berdampak pada kecepatan waktu tunggu (headway) keberangkatan skytrain di setiap halte, yang akan diperkecil dari 10 menit menjadi 5 menit sehingga meminimalisasi connecting time dengan kereta bandara.”