Jakarta – PT Angkasa Pura (AP) II selaku operator 20 bandara di Indonesia berkomitmen untuk mendukung pengurangan emisi karbon di industri aviasi. Hal tersebut sejalan dengan program global Net Zero Carbon Emissions pada 2050 yang digagas oleh Airport Council International (ACI) dan memperoleh dukungan dalam 41st Assembly of the International Civil Aviation Organization (ICAO) yang diselenggarakan pada 27 September – 4 Oktober 2022 di Montreal, Kanada.
Dalam rangka mengurangi emisi karbon di industri aviasi, Angkasa Pura II mulai menggunakan energi baru terbarukan (EBT) untuk mendukung operasional bandara kelolaannya. “Seperti yang dinyatakan ACI, transportasi udara harus melakukan pengurangan karbon sehingga dapat terus menghubungkan orang, ekonomi, beragam ide, budaya dan dunia usaha untuk generasi mendatang,” jelas President Director AP II Muhammad Awaluddin pada Selasa (1/11), seperti dilansir dari Tangerangonline.
“AP II mendukung penuh Net Zero Carbon Emission pada 2050 di industri aviasi dengan memanfaatkan EBT di bandara-bandara yang kami kelola, Aspek operasional dan pelayanan di bandara-bandara AP II kini juga berfokus dan memperhatikan lingkungan. AP II bergabung dengan komunitas global dalam mencapai target net zero carbon emissions di industri aviasi pada 2050,” imbuh Awaluddin.
Awaluddin menambahkan, dalam tahap pertama, penggunaan EBT diterapkan di 3 bandara kelolaannya, yaitu Bandara Soekarno-Hatta (Banten), Bandara Kualanamu (Sumatera Utara), dan Bandara Banyuwangi (Jawa Timur). “Pada tahap awal, pemanfaatan PLTS ada di tiga bandara tersebut sebelum nantinya menjangkau 20 bandara. Pembangunan PLTS dilakukan bertahap hingga nantinya pada 2025 di 20 bandara akan terpasang PLTS dengan kapasitas total 26,34 MWp (Mega Watt Peak),” jelasnya.
Pembangunan panel surya untuk PLTS di Bandara Kualanamu kini telah rampung 100% untuk digunakan di Terminal Kargo dan gedung administrasi (atap seluas 5.100 meter persegi dengan kapasitas 761 kilo watt peak). Kemudian, di Bandara Banyuwangi juga telah menyelesaikan 100% pembangunan PLTS untuk di gedung Airport Rescue & Fire Fighting (atap seluas 600 meter persegi dengan kapasitas 35,1 kilo watt peak).
Sedangkan di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) pembangunan PLTS sudah mencapai 90% untuk area Terminal 2, yaitu jalur linking Terminal 2 (atap seluas 1.400 meter persegi dengan kapasitas 309 kilo watt peak) dan area komersial Terminal 2 (atap seluas 4.320 meter persegi dengan kapasitas 1.197 kilo watt peak).
“Pembangunan PLTS di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta ini melengkapi PLTS berkapasitas 241 kilo watt peak yang sudah dioperasikan di gedung Airport Operation Control Center (AOCC) Bandara Soekarno-Hatta,” tandas Awaluddin.
AP II pun membangun sistem yang dinamakan MANTRI (Monitoring System of Airport and Non-Airport Threshold Electrical Infrastructure). Sistem tersebut berguna untuk mengendalikan dan memonitor secara real time penggunaan energi di lingkungan AP II.