Jakarta – Setelah mengungkap rencana mendatangkan 12 pesawat ATR 72-600 baru secara bertahap pada tahun 2017 mendatang untuk NAM Air, Sriwijaya Air kini juga menuturkan rencananya untuk membangun bengkel pesawat (MRO). Proyek pembangunan MRO ini diperkirakan menghabiskan dana sekitar USD 250 juta. Hal ini dilakukan demi efisiensi perusahaan.
Presiden Direktur Sriwijaya Air Group Chandra Lie mengatakan bahwa rencana itu hingga kini masih dalam tahap diskusi dengan sejumlah pihak, terutama sehubungan dengan kebutuhan lahan. “Saya berkeinginan bagaimana kita bisa buka MRO, jadi bisa maintenance pesawat kita dengan kemampuan SDM kita sendiri,” ujar Chandra, Jumat (16/12).
Hingga kini perawatan seluruh pesawat milik Sriwijaya Air Group masih menggunakan beberapa MRO seperti di Garuda Maintenance Facility (GMF) dan di Malaysia. Akan tetapi Sriwijaya kerap mengalami hambatan lantaran sejumlah MRO tersebut sering padat.
Lebih lanjut Chandra Lie mengungkapkan bahwa untuk membangun MRO pihaknya membutuhkan sekitar 100 hektar lahan. Pihak Sriwijaya berencana mendirikan MRO di kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan bandara yang tengah dikembangkan di Bintan, Kepulauan Riau.
Walaupun mendirikan di 2 tempat, tetapi Sriwijaya akan mengutamakan bengkel pesawat di Bintan, sebab kapasitasnya lebih besar. Sementara itu MRO di Bandara Soetta hanya berfungsi sebagai pendukung saja. Pasalnya, urusan lahan di Bintang dinilai lebih memungkinkan.
Di samping itu Sriwijaya menganggap Bintan lokasinya sangat strategis karena dekat dengan Singapura. Dengan demikian, apabila ada kebutuhan spare part tertentu dapat langsung mendatangkannya dari Singapura dengan boat supaya perbaikan pesawat lebih cepat.
“Izin untuk mendirikan MRO sebenarnya sudah keluar dari Kementerian Perhubungan pada 8 November (2016). Namun kita juga masih persiapkan Sumber Daya Manusianya (SDM),” tandas Chandra Lie. Hingga kini telah ada sejumlah investor dari maskapai asing yang berminat untuk membiayai proyek Sriwijaya Air Group ini.