Surabaya – Dalam rangka mendukung kelancaran dan keselamatan penerbangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Transportasi Udara Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan akan memasang alat pendeteksi banjir di sejumlah bandar udara. Alat deteksi banjir itu sendiri adalah hasil kerja sama penelitian dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Alat yang dinamakan Standing Water Detector (SWD) dan Wind Shear Detector (WSD) ini rencananya bakal diuji coba di 6 bandara yang terdapat di Indonesia. Menurut Kepala Puslitbang Transportasi Udara Capt. Novyanto Widadi S.AP MM, rencana penerapan hasil penelitian ini menjadi mendesak usai beberapa waktu lalu Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta tergenang air akibat curah hujan yang tinggi.
Sementara itu, Ketua Tim Peneliti ITS Dr Melania Suweni Muntini MT menambahkan, dari sekitar 300 bandara di Indonesia, belum ada yang dipasangi detektor genangan air di landasan pacu. Padahal menurut ICAO, genangan air tertinggi yang masih dapat ditolerir adalah 4 mm dan tak boleh lebih dari 25% di area runway yang tergenang.
“Ketika musim hujan seperti ini dan landasan pacu di bandara tergenang air, maka tidak ada informasi yang valid kepada pilot tentang seberapa tinggi genangan airnya, untuk mempertimbangkan bisa mendarat atau tidaknya pesawat di bandara tersebut,” ujar Melania, Kamis (16/1), seperti dilansir Sindonews.
Melania menambahkan, angin di sekitar bandara pun kadang dapat memicu adanya angin samping atau wind shear. Jika arah dan besar angin muncul dari berbagai arah dengan kecepatan yang tinggi, maka berpotensi menyebabkan adanya angin samping tersebut.
Sementara itu, proses uji coba alat WSD dan SWD tersebut akan dilakukan di 6 bandara di Indonesia. “Yakni di Bandara Cengkareng (Soekarno-Hatta), Halim Perdanakusuma, Kualanamu, Juanda, I Gusti Ngurah Rai, dan Sultan Hassanuddin,” jelas Novyanto.
Penelitian yang dilakukan oleh ITS ini kabarnya telah dirancang sekitar 2 tahun. Uji fungsional pun telah dilakukan dan berhasil dengan baik. Saat ini peralatan detektor banjir di bandara itu tengah melalui tahap sertifikasi. Pengetesan alat dilakukan di Bandara Trunojoyo Sumenep pada 2018 dan Bandara Yogyakarta tahun lalu. “Untuk alatnya sendiri bisa di semua bandara, ada 300 bandara di Indonesia yang mempunyai potensi untuk diujicobakan, khususnya yang SWD,” ujarnya.
Tim peneliti asal ITS ini juga telah menjalin kerja sama dengan pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). “Untuk kelancaran uji coba, kami menyarankan agar studi kelayakan terlebih dahulu seperti profiling landasan, posisi penempatan alat, jumlah sensor yang akan dipasang, serta hal-hal lain yang dibutuhkan guna tercapainya kelancaran uji coba,” tandas Melania.