JAKARTA – Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perhubungan, memastikan akan segera menurunkan tarif batas atas untuk penerbangan ekonomi dalam jangka waktu seminggu ke depan. Hal tersebut dilakukan untuk mengakomodasi keluhan masyarakat mengenai harga tiket pesawat yang masih mahal, terlebih saat akan memasuki musim mudik Lebaran.
“Hasil rapatnya adalah tarif batas atas akan dievaluasi. Saya diberi waktu seminggu untuk menetapkan batas atas baru, untuk penerbangan kelas ekonomi,” jelas Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, usai Rapat Koordinasi Kebijakan Tiket Pesawat Udara, Senin (6/5) kemarin. “Penurunan tarif batas atas tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat.”
Pemerintah sendiri berharap dengan turunnya tarif batas atas tersebut, harga tiket pesawat kelas ekonomi yang ada saat ini bisa menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat. Budi menuturkan, kalau batas atas ditetapkan 85 persen atau 90 persen, artinya penerbangan full service hanya bisa menetapkan tarif sebesar 85 persen. “Dalam persaingan, biasanya penerbangan yang lain akan menetapkan di bawah itu. Jadi, paling tidak, akan ada penurunan,” sambung Budi.
“Menurunkan tarif batas atas kelas ekonomi akan efektif menekan harga tiket pesawat terbang,” lanjut Budi. “Namun, kami juga akan memastikan kisaran tarif masih ekonomis untuk industri penerbangan meskipun tarif batas atas dipangkas. Sebelum ini, tarif tertinggi Garuda Indonesia itu paling-paling 60-70 persen dari tarif batas atas karena persaingan dengan yang lain. Nanti, kalau saya turunkan (TBA) jadi 85 persen atau 90 persen, itu tetap lebih tinggi dari tarif yang diberlakukan Garuda sebelumnya.”
Tiket pesawat yang mahal memang telah menurunkan minat masyarakat untuk bepergian melalui jalur udara. Hal itu berimbas pada penurunan jumlah penumpang pesawat terbang secara keseluruhan. PT Angkasa Pura I mencatatkan jumlah penumpang pesawat terbang turun sampai dengan angka 3,5 juta orang sepanjang kuartal I 2019.
“Ada 35 ribu jadwal penerbangan yang terpaksa tidak dilanjutkan selama tiga bulan pertama tahun ini. Beberapa ada yang sengaja dibatalkan dan slot yang tidak digunakan,” ujar Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I, Devy Suradji. “Faktor penurunan jumlah penerbangan macam-macam, satu mungkin karena tiket, lalu ada pilihan transportasi lewat tol.”